Bersyukur


Setelah agak lama ditinggal, seperti menulis untuk mengisi waktu luang juga menyenangkan. Maaf maksudnya mencari kesibukan, biar keliatan ada yang dikerjakan dikantor, hehe.

Beberapa hari lalu berbincang dengan seorang teman melalui direct messages Instagram. Sebenernya gak dia aja sih, ada yang lain juga bilang dengan kata kata yang sedikit mirip. Agak sedikit ke senggol sama kata kata dari seorang teman, dia bilang "kalo aku jadi kamu, sudah aku bersyukur banget
Ini maksudnya nyaman dari segi gaji ya? Oke.

Jadi gini, aku itu orangnya sedikit ambisius, sedikit perfeksionis dan sedikit agak keras kepala. Percayalah itu hanya sedikit.
Dengan penggabungan hal itu menurutmu aku bisa berpuas diri dengan yang aku punya sekarang? Tentu enggak. Aku belum cukup puas, dan rasanya aku pengen coba hal lain lagi. Apalagi aku terbiasa kerja dibawah tekanan selama sekian tahun, dan sekarang kerjaannya disuruh berleha-leha, aku tentu bosan.
Tapi yaaa, aku agak tersenggol dengan kata 'bersyukur' disini.
Apa aku gak bersyukur sudah seenak ini sekarang?
Aku mau mencoba hal baru, bukan berarti aku gak bersyukur. Dan gak perlu aku ceritakan gimana rasa syukurku, karena itu bukan di ucapkan tapi dari perbuatan. Gak perlu aku bilang, Allah tau apa yang ada didalam hatiku. Kadang apa yang terlihat indah diluar tak seperti apa yang aslinya terjadi. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Percaya deh.

Sesekali boleh lah coba coba peruntungan, biar otaknya ini dipake kerja, He. Hanya untuk memuaskan ambisi.

Nah tapi sekarang posisiku adalah gak sebebas dulu menentukan jalan. Bapakku sudah memberi batas. Sebagai anak yang lumayan lah dikasih pondasi agama sama Bapaknya. Aku ikut kata beliau, untuk obsesi dan impianku? Aku kubur dulu yaa. Aku sudah cukup dapat pengalaman sebelumnya. Selain dari Bapak, orang yg sekarang jadi Boss ku itu bukan org sembarangan dihidupku. Jadi aku lebih baik kehilangan impianku, bahkan duniaku dari pada harus kehilangan kepercayaan dua orang ini.

Jalan yang aku pilih sekarang adalah, menetap dan membiasakan diri, menyamankan diri senyaman-nyamannya disini. Kedepannya kalau pintu aksesku dibuka lagi oleh mereka, tidak akan menutup kemungkinan buatku mengukir mimpi dan mencoba hal baru lagi. So in the end of this story, aku saat ini sudah lebih dari cukup kawan, utk ambisiku yg lain itu hanyalah sebuah ambisi tidak sepenuhnya harus ku ikuti.

Have a nice day, don't worry bout me. i'm so grateful with my way, kawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Photoshoot for yearbook "B A T I K"

aku sayang 2~

Overthink, isn't it?